Saturday, May 26, 2012

ingatan titik tiga satu empat dua

titik tiga satu empat dua
entah untuk keberapa kalinya ke tempat ini
keadaan kini telah berbeda
hujan tak mau hanya rintik-rintik
dingin tak lagi tertahan

namun,
titik tiga satu empat dua,
rasanya masih sama
langkah terakhir adalah kepuasan
perjuangan berarti kehidupan

hingga,
di titik tiga satu empat dua
kalian akan tahu, 
nikmatnya sebuah pengorbanan
rasa syukur kepada Tuhan

dan,,
titik tiga satu empat dua
andai kalian tahu tempat itu......


Friday, May 4, 2012

di puncak merapi Tuhan memperingatkanku


pertengahan februari 2011, sekitar 3 bulan setelah letusan hebat merapi saya beserta beberapa teman saya mencoba untuk mendaki salah satu gunung paling aktif di dunia ini. dengan masih terpasangnya peringatan untuk tidak mendaki gunung merapi saat itu, kami pun tetap mencoba untuk melihat seperti apa wajah merapi setelah letusan yang menewaskan banyak penduduk sekitar gunung tersebut.

ya sebelumnya, boleh dibilang saat itu kondisi saya mencapai kondisi terendah selama saya suka mendaki gunung. kalau boleh saya bilang benar-benar tidak dalam kondisi yang fit. cuaca selama perjalanan dari jogja ke merapi pun harus dilakukan dalam keadaan hujan.

selama pendakian inilah saya muntah 2 kali, ya sekali lagi saya memang tidak fit kala itu. singkat kata, sampailah berdua di pasar bubrah.

jalur ke puncak cukup sulit, karena harus mencari bagian pasir yang benar-benar padat dan tidak longsor. yang sedikit mengkhawatirkan adalah langit saat itu dalam keadaan mendung dan jika turun hujan, hampir dipastikan akan terjadi longsor. dan dengan usaha yang melelahkan serta menahan kepala yang masih pusing akhirnya sampai juga di puncak merapi.

jalur dari pasar bubrah ke puncak
saat di puncak tiba-tiba kaki kanan saya kram, dan benar-benar sulit membayangkan turun dengan keadaan seperti itu. berada di bibir kawah merapi dan sulit melangkahkan kaki untuk turun. pikiran melayang kemana-mana,
kawah merapi
pertama yang terpikirkan adalah percakapan dengan bapak sebelum berangkat ke merapi


"pak, ntar malem aku mau ke merapi"


"ngapain?nggak usah lah bahaya lagian juga masih sering hujan"


"tenang pak, kalau emang belum waktunya mati juga gak bakal terjadi kok"

bapak cuma terdiam, mungkin beliau tahu keadaan saya yang kurang fit, namun kata-kata terakhir yang saya ucapkan tersebut membuat beliau tidak bisa mengatakan apapun.

kembali duduk terdiam sejenak di bibir kawah merapi, membuat saya menyesal mengatakan hal tersebut.

terpikir oleh saya mungkin Tuhan memperingatkan saya, bahwa jangan pernah mengatakan hal sembarangan kepada orang tua yang selalu menjaga dan mengkhawatirkan saya. peringatan bahwa kematian itu dekat, dan tak peduli dimana tempat datangnya bahkan bisa di tempat yang kamu suka, selalu persiapkan dirimu. apa mungkin ini benar-benar waktu saya telah tiba.

saya berusaha turun dari puncak
nafas mulai berat sejalan dengan semakin pekatnya gas belerang. melihat ke bawah, jalur turun penuh pasir dan salah satu pasir yang rawan longsor benar-benar menuju ke jurang. disinilah saya mulai pasrah sambil kembali berpikir apa memang waktu telah tiba. dengan keadaan yang benar-benar drop saya mencoba untuk turun. perjalanan turun saya dipenuhi doa dan penyesalan. sekali saya terpeleset di pasir yang menuju ke jurang tersebut dan langsung bayangan akan senyum keluarga dan teman-teman saya muncul, terasa seperti tak akan pernah melihatnya lagi.
Add caption


dan terakhir kali saya berdoa "ya Tuhan pernah jangan hapus senyum keluarga dan teman saya, senyum yang selalu mewarnai hari-hari saya, dan yang terakhir saya meminta untuk bisa melihat senyum mereka kembali, bawa saya pulang". setelah itu semua terasa lebih mudah, ya Tuhan memang mudah memberi peringatan, Tuhan juga mudah memberi pertolongan.